Peranan Agregat Pada Beton
Jenis-Jenis
Agregat
Agregat
dapat diklassifikasi menurut kriteria dibawah ini :
a.
Ukuran dan Produksi
Perbedaan
antara agregat kasar dan agregat halus adalah ayakan 6.35 mm atau 3/16 ‘.
Agregat halus adalah agregat yang lebih kecil dari ukuran 6.35 mm dan agregat
kasar adalah agregat yang berukuran lebih dari 6.35 mm.
b.
Kepadatan
Tidak
ada batasan yang jelas antara agregat biasa dengan agregat ringan atau agregat
berat. Pengelompokan umum dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini.
c.
Peterologi
Klasifikasi
menurut BS 812 yang membaginya kedalam kelompok artifisial, basalt, flint,
gabbro, granit, batu kapur.
d.
Minerologi
Menurut
ASTM C294, klasifikasi komposisi mineral semen portland adalah demikian :
felspars, mineral silika, karbon, sulfat, besi sulfida, besi magnesia, oksida
besi dan mineral tanah liat.
Dua
jenis utama dari agregat alam yang digunakan untuk konstruksi adalah pasir dan
kerikil. Kerikil biasanya didefinisikan sebagai agregat yang berukuran lebih
besar 6,35 mm. Pasir didefinisikan sebagai partikel yang lebih kecil dari 6,35
mm tetapi lebih besar dari 0,075 mm. Sedangkan partikel yang lebih kecil dari
0,075 mm disebut sebagai mineral pengisi (filler).
Pasir
dan kerikil selanjutnya diklasifikasikan menurut sumbernya. Material yang
diambil dari tambang terbuka (open pit) dan digunakan tanpa proses lebih lanjut
disebut material dari tambang terbuka (pit run materials) dan bila diambil dari
sungai (steam bank) disebut material sungai (steam bank materials).
Deposit
batu koral memiliki komposisi yang bervariasi tetapi biasanya mengandung pasir
dan lempung. Pasir pantai terdiri atas partikel yang agak seragam, sementara
pasir sungai sering mengandung koral, lempung dan lanau dalam jumlah yang lebih
banyak.
Jenis
Agregat Berdasarkan Sumber
a) Agregat yang diproses
Agregat yang diproses adalah batuan
yang telah dipecah dan disaring sebelum digunakan. Pemecahan agregat dilakukan
karena tiga alasan : untuk merubah tekstur permukaan partikel dari licin ke
kasar, untuk merubah bentuk partikel dari bulat ke angular, dan untuk
mengurangi serta meningkatkan distribusi dan rentang ukuran partikel. Untuk
batuan krakal yang besar, tujuan pemecahan batuan krakal ini adalah untuk
mendapatkan ukuran batu yang dapat dipakai, selain itu juga untuk merubah
bentuk dan teksturnya.
Penyaringan
yang dilakukan pada agregat yang telah dipecahkan akan menghasilkan partikel
agregat dengan rentang gradasi tertentu. Mempertahankan gradasi agregat yang
dihasilkan adalah suatu faktor yang penting untuk menjamin homogenitas dan
kualitas campuran beraspal yang dihasilkan. Untuk alasan ekonomi, pemakaian
agregat pecah yang diambil langsung dari pemecah batu (tanpa penyaringan atau
dengan sedikit penyaringan) dapat dibenarkan. Kontrol yang baik dari
operasional pemecahan menentukan apakah gradasi agregat yang dihasilkan
memenuhi spesifikasi pekerjaan atau tidak. Batu pecah (baik yang disaring atau
tidak) disebut agregat pecah dan memberikan kualitas yang baik bila digunakan
untuk campuran beton.
b) Agregat buatan
Agregat
ini didapatkan dari proses kimia atau fisika dari beberapa material sehingga
menghasilkan suatu material baru yang sifatnya menyerupai agregat. Beberapa
jenis dari agregat ini merupakan hasil sampingan dari proses industri dan dari
proses material yang sengaja diproses agar dapat digunakan sebagai agregat atau
sebagai mineral pengisi (filler).
Slag
adalah contoh agregat yang didapat sebagai hasil sampingan produksi. Batuan ini
adalah substansi nonmetalik yang timbul ke permukaan dari pencairan / peleburan
biji besi selama proses peleburan. Pada saat menarik besi dari cetakan, slag
ini akan pecah menjadi partikel yang lebih kecil baik melalui perendaman
ataupun memecahkanya setelah dingin.
Pembuatan
agregat buatan secara langsung adalah suatu yang relatif baru. Agregat ini
dibuat dengan membakar tanah liat dan material lainnya. Produk akhir yang
dihasilkan biasanya agak ringan dan tidak memiliki daya tahan terhadap keausan
yang tinggi. Agregat buatan dapat digunakan untuk dek jembatan atau untuk
perkerasan jalan dengan mutu sebaik lapisan permukaan yang mensyaratkan
ketahanan gesek maksimum.
Ukuran
Butir
Ukuran
agregat dalam suatu campuran beton terdistribusi dari yang berukuran besar
sampai ke yang kecil. Semakin besar ukuran maksimum agregat yang dipakai
semakin banyak variasi ukurannya dalam campuran tersebut. Ada dua istilah yang
biasanya digunakan berkenaan dengan ukuran butir agregat, yaitu :
-
Ukuran maksimum, yang didefinisikan sebagai ukuran saringan terkecil yang
meloloskan 100 % agregat.
-
Ukuran nominal maksimum, yang didefinisikan sebagai ukuran saringan terbesar
yang masih menahan maksimum dari 10 % agregat.
Contoh
berikut ini mengilustrasikan perbedaan keduanya : Hasil analisa saringan
menunjukan bahwa 100 % lolos saringan 25 mm. Agregat paling kasar tertahan pada
saringan 19 mm. Dalam hal ini ukuran maksimum agregat adalah 25 mm dan ukuran
nominal maksimumnya adalah 19 mm.
Istilah-istilah
lainnya yang biasa digunakan sehubungan dengan ukuran agregat yaitu :
-
Agregat kasar : Agregat yang tertahan saringan No. 8 (2,36 mm).
-
Agregat halus : Agregat yang lolos saringan No. 8 (2,36 mm).
-
Mineral pengisi: Fraksi dari agregat halus yang lolos saringan no. 200 (2,36
mm) mimimum 75% terhadap berat total agregat.
-
Mineral abu : Fraksi dari agregat halus yang 100% lolos saringan no. 200 (0,075
mm)
Mineral
pengisi dan mineral abu dapat terjadi secara alamiah atau dapat juga dihasilkan
dari proses pemecahan batuan atau dari proses buatan. Mineral ini penting
artinya untuk mendapatkan campuran yang padat, berdaya tahan dan kedap air.
Walaupun begitu, kelebihan atau kekurangan sedikit saja dari mineral ini akan
menyebabkan campuran terlalu kering atau terlalu basah. Perubahan sifat
campuran ini bisa terjadi hanya karena sedikit perubahan dalam jumlah atau
sifat dari bahan pengisi atau mineral debu yang digunakan. Oleh karena itu,
jenis dan jumlah mineral pengisi atau debu yang digunakan dalam campuran
haruslah dikontrol dengan seksama.
Gradasi
Seluruh
spesifikasi campuran beton mensyaratkan bahwa partikel agregat harus berada
dalam rentang ukuran tertentu dan untuk masing-masing ukuran partikel harus
dalam proporsi tertentu. Distribusi dari variasi ukuran butir agregat ini
disebut gradasi agregat. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga dalam
campuran dan menentukan workabilitas (sifat mudah dikerjakan) dan stabilitas
campuran. Untuk menentukan apakah gradasi agregat memenuhi spesifikasi atau
tidak, diperlukan suatu pemahaman bagaimana ukuran partikel dan gradasi agregat
diukur.
Gradasi
agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat harus melalui
satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan jaringan kawatnya
dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan jaringan kawat per inchi persegi
dari saringan tersebut.
Gradasi
agregat dinyatakan dalam persentase berat masing-masing contoh yang lolos pada
saringan tertentu. Persentase ini ditentukan dengan menimbang agregat yang
lolos atau tertahan pada masing-masing saringan.
Gradasi
agregat dapat dibedakan atas :
a)
Gradasi seragam (uniform graded) / gradasi terbuka (open graded)
Adalah
gradasi agregat dengan ukuran yang hampir sama. Gradasi seragam disebut juga
gradasi terbuka (open graded) karena hanya mengandung sedikit agregat halus
sehingga terdapat banyak rongga/ruang kosong antar agregat. Campuran beraspal
yang dibuat dengan gradasi ini bersifat porus atau memiliki permeabilitas yang
tinggi, stabilitas rendah dan memiliki berat isi yang kecil.
b)
Gradasi sapat (dense graded)
Adalah
gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat kasar sampai halus,
sehingga sering juga disebut gradasi menerus, atau gradasi baik (well graded).
Suatu
campuran agregat beton dikatakan bergradasi sangat rapat bila persentase lolos
dari masing-masing saringan memenuhi persamaan berikut:
P
= 100 (d:D ) n (6)
Dengan
pengertian :
d
= Ukuran saringan yang ditinjau
D=
Ukuran agregat maksimum dari gradasi tersebut
n
= 0,35 - 0,45
Campuran
dengan gradasi ini memiliki kuat tekan yang tinggi, agak kedap terhadap air dan
memiliki berat isi yang besar.
Kebersihan Agregat
Dalam
spesifikasi biasanya memasukan syarat kebersihan agregat, yaitu dengan
memberikan suatu batasan jenis dan jumlah material yang tidak diinginkan
(seperti tanaman, partikel lunak, lumpur dan lain sebagainya) berada dalam atau
melekat pada agregat. Agregat yang kotor akan memberikan pengaruh yang jelek
pada kinerja perkerasan, seperti berkurangnya ikatan antara aspal dengan
agregat yang disebabkan karena banyaknya kandungan lempung pada agregat
tersebut.
Di
lapangan, kebersihan agregat sering ditentukan secara visual. Kebersihan
agregat dapat diuji di laboratorium dengan analisa saringan basah, yaitu dengan
menimbang agregat sebelum dan sesudah dicuci lalu membandingkannya. Sehingga
akan memberikan persentase agregat yang lebih halus dari 0,075 mm (No. 200).
Pengujian setara pasir (Sand Equivalent Test) adalah satu metoda lainnya yang
biasanya digunakan untuk mengetahui proporsi relatif dari material lempung yang
terdapat dalam agregat yang lolos saringan No. 4,75 mm (No. 4).
Kekerasan (toughness)
Semua
agregat yang digunakan harus kuat, mampu menahan abrasi dan degradasi selama
proses produksi dan operasionalnya dilapangan. Agregat yang akan digunakan
harus lebih keras (lebih tahan). Untuk itu, kekuatan agregat terhadap beban
merupakan suatu persyaratan yang mutlak harus dipenuhi oleh agregat yang akan
digunakan sebagai bahan beton
Uji
kekuatan agregat di laboratorium biasanya dilakukan dengan uji abrasi (Los
Angeles Abration Test), uji beban kejut (Impact test) dan uji ketahanan
terhadap pecah (Crushing test) . Dengan pengujian-pengujian ini kekuatan
relatif agregat dapat diketahui.
Bentuk Butir Agregat
Agregat
memiliki bentuk butir dari bulat (rounded) sampai bersudut (angular), seperti
yang diilustrasikan pada gambar 2. Bentuk butir agregat ini dapat mempengaruhi
workabilitas campuran beton selama pencampuran yaitu dalam hal energi pemadatan
yang dibutuhkan untuk memadatkan campuran, dan kekuatan struktur beton selama
umur pelayanannya.
Bentuk partikel agregat yang
bersudut memberikan ikatan antara agregat (agregat interlocking) yang baik yang
dapat menahan perpindahan atau displasemen agregat yang mungkin terjadi.
Agregat yang bersudut tajam, berbentuk kubikal dan agregat yang memiliki lebih
dari satu bidang pecah akan menghasilkan ikatan antar agregat yang paling baik.
Dalam
campuran beton penggunaan agregat yang bersudut saja atau bulat saja tidak akan
menghasilkan campuran beton yang baik. Kombinasi penggunaan kedua bentuk
partikel agregat ini sangatlah dibutuhkan untuk menjamin kekuatan pada struktur
beton dan workabilitas yang baik dari campuran tersebut.
Tekstur permukaan agregat
Selain
memberikan sifat ketahanan terhadap gelincir (skid resistance) pada permukaan
perkerasan, tekstur permukaan agregat (baik makro maupun mikro) juga merupakan
faktor lainnya yang menentukan kekuatan, workabilitas dan durabilitas campuran
beton
Permukaan
agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada campuran beton karena
kekasaran permukaan agregat dapat menahan agregat tersebut dari pergereran atau
perpindahan. Kekasaran permukaan agregat juga akan memberikan tahanan gesek
yang kuat sehingga akan meningkatkan keamanan.
Agregat
dengan tekstur permukaan yang sangat kasar memiliki koefisien gesek yang tinggi
yang membuat agregat tersebut sulit untuk berpindah tempat sehingga akan
menurunkan workabilitasnya. Oleh sebab itu penggunaan agregat bertekstur halus
dengan proporsi tertentu kadang-kadang dibutuhkan untuk membantu meningkatkan
workabilitasnya.
Agregat
yang berasal dari sungai (bankrun agregat) biasanya memiliki permukaan yang
halus dan berbentuk bulat, oleh sebab itu agar dapat menghasilkan campuran
beton dengan sifat-sifat yang baik agregat sungai ini harus dipecahkan terlebih
dahulu. Pemecahan ini dimaksudkan untuk menghasilkan tekstur permukaan yang
kasar pada bidang pecahnya dan mengubah bentuk butir agregat.
Tidak
ada metoda standar untuk mengevaluasi tekstur permukaan secara langsung.
Seperti halnya bentuk partikel, tekstur permukaan adalah suatu sifat yang
direfleksikan dalam uji kekuatan campuran dan dalam workabilitas dari campuran
selama masa konstruksinya.
Daya serap agregat
Keporusan
agregat menentukan banyaknya zat cair yang dapat diserap agregat. Kemampuan
agregat untuk menyerap air. Jika daya serap agregat sangat tinggi, agregat ini
akan terus menyerap semen lebih baik pada saat maupun setelah proses
pencampuran agregat dengan aspal di unit pencampur beton (Batching plant. Oleh
karena itu, agar campuran yang dihasilkan tetap baik agregat yang porus
memerlukan aspal yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kurang porus.
Agregat
dengan keporusan atau daya serap yang tinggi biasanya tidak digunakan, tetapi
untuk tujuan tertentu pemakaian agregat ini masih dapat dibenarkan asalkan
sifat lainnya dapat terpenuhi. Contoh-contoh material seperti batu apung yang
memiliki keporusan tinggi digunakan karena ringan dan tahan terhadap abrasi.
Meskipun demikian perbedaan berat jenis harus dikoreksi mengingat semua
perhitungan didasarkan pada prosentase berat bukan volume.
Komentar
Posting Komentar