RIWAYAT
PERKEMBANGAN BETON
Penggunaan
beton dan bahan - bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai pembentuknya
telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi, bahkan mungkin sebelum itu (Nawy,
1985:2-3). Penggunaan bahan beton bertulang secara intensif diawali pada awal
abad ke sembilan belas. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya
mengenai prinsip - prinsip konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton
terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L.Lambot untuk pertama kalinya membuat
kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan pada Pameran Dunia tahun 1855 di
Paris. J.Monier, seorang ahli taman dari Prancis, mematenkan rangka metal
sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya yang digunakan untuk tempat
tanamannya. Pada tahun 1886, Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan
perancangan struktur beton. C.A.P Turner mengembangkan pelat slab tanpa
balok pada tahun 1906.
Seiring
dengan kemajuan besar yang terjadi dalam bidang ini, terbentuklah German
Committee Reinforce Concrete, Australian Concrete Committee, American Concrete
Institute, dan British Concrete Institude. Di Indonesia sendiri, Departemen
Pekerjaan Umum selalu mengikuti perkembangan beton melalui Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan (LPMB). Melalui lembaga ini diterbitkan peraturan - peraturan
standar beton yang biasanya mengadopsi peraturan internasional (code
standard international) yang disesuaikan dengan kondisi bahan dan jenis
bangunan di Indonesia.
Perkembangan
yang cepat dalam bidang seni serta analisis perancangan dan konstruksi beton
telah menyebabkan dibangunnya struktur - struktur beton yang sangat khas (Nawy,
1985) seperti Auditorium Kresge di Boston, Marina Tower, Lake Point Tower di
Chicago, dan Keong Mas di Taman Mini Indonesia.
DESKRIPSI BETON
Beton
merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (portland
cement) , agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture
atau additive). Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku elemen gabungan
(bahan - bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai
karakteristik masing - masing komponen. Nawy (1985:8) mendefinisikan beton
sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembetuknya.
Dengan demikian, masing - masing komponen tersebut perlu dipelajari sebelum
mempelajari beton secara keseluruhan. Perencana (engineer) dapat
mengembangkan pemilihan material yang layak komposisinya sehingga diperoleh
beton yang efisien, memenuhi kekuatan batas yang diisyaratkan oleh perencana
dan memenuhi persyaratan serviceability yang dapat diartikan juga
sebagai pelayanan yang handal dengan memenuhi kriteria ekonomi.
Dalam
usaha untuk memahami karakteristik bahan penyusun campuran beton sebagai dasar
perancangan beton, Departemen Pekerjaan Umum melalui LPMB banyak
mempublikasikan standar - standar yang berlaku. DPU - LPMB memberikan definisi
tenatang beton sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang
lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran
tambahan membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).
Masalah
yang dihadapi oleh seorang perencana adalah bagaimana merencanakan komposisi
dari bahan - bahan penyusun beton tersebut agar dapat memenuhi spesifikasi
teknik yang ditentukan (sesuai dengan spesifikasi teknik dalam kontrak atau
permintaan pemilik).
Parameter
- parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah: a). Kualiatas
semen, b). Proporsi semen terhadap campuran, c). Kekuatan dan kebersihan
agregat, d). Interaksi atau adhesi antar pasta semen dengan agregat, e).
Pencampuran yang cukup dari bahan - bahan pembentuk beton, f). Penempatan yang
benar, peyelesaian dan pemadatan beton, g). Perawatan beton, dan h). Kandungan
klorida tidak melebihi 0,15 % dlam beton yang diekspos dan 1% bagi beton yang
tidak di ekspos (Nawy, 1985:24).
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON
Dalam
keadaan yang mengeras, beton bagaikan batu karang dengan kekuatan tinggi. Dalam
keadaan segar, beton dapat diberi bermacam bentuk, sehingga dapat digunakan
untuk membentuk seni arsitektur atau semata - mata untuk tujuan dekoratif.
Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus jika pengelolaan akhir
dilakukan dengan cara khusus, umpamanya diekspos agregatnya (agregat yang
mempunyai bentuk yang bertekstur seni tinggi diletakkan di bagian luar,
sehingga nampak jelas pada permukaan betonnya). Selain tahan terhadap
seranganapi seperti yang telah disebutkan diatas, beton juga tahan terhadap
serangan korosi. Secara umum kelebihan dan kekurangan beton adalah:
a.
Kelebihan
Ø
Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
Ø
Mampu memikul beban yang berat
Ø
Tahan terhadap temperatur yang tinggi
Ø
Biaya pemeliharaan yang kecil
b.
Kekurangan
Ø
Bentuk yang telah dibuat sulit diubah
Ø
Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi
Ø
Berat
Ø
Daya pantul suara yang besar
Sebagian
besar bahan pembuat bton adalah bahanlokal (kecuali semen portland atau bahan
tambah kimia), sehingga sangat menguntungkan secara ekonomi. Namun pembuatan
beton akan menjadi mahal jika perencana tidak memahami karakteristik bahan -
bahan penyusun beton yangharus disesuaikan degan perilaku struktur yang akan
dibuat.
Nilai
kuat tekan beton dengan kuat tariknya tidak berbanding lurus. Setiap usaha
perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai oleh peningkatan yang kecil dari
kuat tariknya. Menurut perkiraan kasar, nilai kuat tarik berkisar antara 9 % -
15 % kuat tekannya. Nilai pastinya sulit diukur. Pendekatan hitungan biasanya
dilakukan dengan menggunakan modulus of rapture, yaitu tegangan tarik
beton yang muncul pada saat pengujian tekan beton normal (normal concrete).
Kecilnya kuat tarik beton ini merupakan salahsatu kelemahan dari beton biasa.
Untuk mengatasinya, beton dikombinasikan dengan tulangan beton dimana baja
biasa digunakan sebagai tulangannya. Alasan penggunaan baja sebagai tulangan
beton adalah koefisien baja hampir sama dengan koefisien beton. Beton tersebut
didefinisikan sebagai beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah yang tidak
kurang dari jumlah minimum yang diisyaratkan dalam pedoman perencanaan, dengan
atau tanpa pratekan, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material
bekerja sama dalam menahan gaya yang bekerja (SKBI.1.4.53 1989:4).
Beton
dapat juga dicampur dengan bahan lain seperti composite atau bahan lain
sesuai dengan perilaku yang akan diberikan terhadap beton tersebut, misalnya
beton pra tekan atau beton pra tegang (pre-stressing), beton pra-cetak (pre-cast).
Beton juga dapat digunakan untuk strukur yang memerlukan bahan struktur yang
ringan, mialnya beton ringan struktural (SKBI. 1.4.53, 989:5) yaitu beton yang
mengandung agregat ringan dan mempunyai massa kering udara yang sesuai dengan
syarat seperti yang ditentukan oleh ”Testing Method for Unit Weihgt of
Structural Lightweight Concrete” (ASTM C-567). Beratnya tidak lebih dari
1900 kg/m3.
KINERJA BETON
Sampai
saat ini beton masih menjadi pilihan utama dalam pembuatan struktur.
Selainkarena kemudahan dalam mendapatkan material penyusunnya, hal itu juga
disebabkan oleh pengunaan tenaga yang cukup besar sehingga dapat mengurangi
masalah penyediaan lapangan kerja. Selain dua kinerja utama yang telah
disebutkan diatas, yaitu kekuatan tekan yang tinggi,dan kemudahan
pengerjaannya, kelangsungan proses pengadaan beton pada proses produksinya juga
menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan.
Sifat
- sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mempegaruhi kinerja dari
beton yang dibuat. Kinerja beton ini harus disesuaikan dengankategori bangunan
yang dibuat. ASTM membagi bangunan bangunan menjadi 3 kategori, yaitu: rumah
tinggal, perumahan, dan struktur yang menggunakan beton mutu tinggi.
Menurut
SNI T.15-1990-03 beton yang digunakan pada rumah tinggal atau untuk penggunaan
beton dengan kekuatan tekan tidak melebihi 10 Mpa boleh menggunakan campuran 1
semen : 2 pasir : 3 batu pecah dengan slump untuk mengukur kemudahan
pengerjaannya tidak lebih dari 100 mm. Pengerjaan beton dengan kekuatan tekan
hingga 20 Mpa boleh mnggunakan penakaran volume, tetapi pengerjaan beton dengan
kekuatan lebih besar dari 20 Mpa harus menggunakan campuran berat.
Tiga
kinerja yang dibutuhkan dalam pembuatan beton adalah (STP 169C, Concrete and
concrete-making materials):
a.
Memenuhi kriteria konstruksi yaitu dapat mudah dikerjakan dan dibentuk serta
mempunyai nilai ekonomis
b.
Kekuatan tekan
c.
Durabilitas atau keawetan
Gambar
1.1
Proses Keseragaman Pembuatan Beton
(Sumber:
STP 169C, Concrete and Concrete - Making Materials, p.32)
Kinerja
yang dihasilkan pada proses pengadaan beton haruslah seragam. Secara umum,
prosedur untuk mendapatkan kinerja yang seragam daam pengerjaan beton dapat
dilihat pada diagram alir pada Gambar 1.1 (Fiorato, Anthony E, 1994:32). Survei
yang dilakukan ASTM mengenai pengaruh bahan - bahan yang digunakan terhadap
kinerja beton dilakukan pada 27 responden. Kriteria penilaian variabel
menggunakan skala 1 - 10 dimana 10 merupakan pengaruh tertinggi terhadap
kinerja yang dihasilkan (Gambar 1.2). penilaian ini didasarkan pada pentingnya
penggunaan bahan tersebut untuk menghasilkan kinerja tertentu dalam beton yang
dibuat.
Secara
praktis, penilaian mengenai pengunaan bahan untuk menghasilkan kinerja tertentu
akan bergantung pada tjuan beton tersebut dibuat. Penggunaan semen untuk rumah
tinggal akan lebih banyak jika dibandingkan untuk penggunaan perumahan komersil
atau beton mutu tinggi. Jadi, komposisi bahan penyusun juga harus dilihat
berdasarkan tujuan pembuatan beton tersebut. Berdasarkan kategori rumah
tinggal, perumhan dan beton mutu tinggi, dampak pengaruh bahan terhadap kinerja
beton yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Gambar
1.2
Persepsi Dampak Penggunaan Material Dalam Membentuk Kinerja Beton
(Sumber:
STP 169C, Concrete and Concrete - Making Materials, p.32)
Gambar
1.2 menjelaskan bahwa penggunaan semen pada campuran beton sangatlah penting.
Penggunaan air tidak begitu berpengaruh terhadap pembentukan kinerja beton
seperti yang juga dijelaskan oleh Abrams (1920) yang meneliti pengaruhairdalam
perbandingannya dengan semen (FAS/WCR). Abramshanya menyatakan bahwa jika FAS
atau water content ratio lebih besar dari 0,6 maka kinerja bkekuatan
beton akan semakin turun, begitu juga sebaliknya.namun demikian, mengingat
mahalnya harga semen, maka untuk pekerjaan berskala besar, penggunaan semen
inipun harus diusahakan seminimal mungkin. Hal ini mendorong penggunaan bahan
pengganti semen.
Penggunaan
semen untuk pembangunan rumah tinggal lebih banyak dan lebih penting karena
pembuatan rumah tinggal cenderung tidak menggunakan perencanaan sederhana
(Gambar 1.3). Hal ini berbeda dengan penggunaan semen untuk kebutuhan beton berkekuatan
tinggi dimana penggunaan semen lebih sedikit. Karena biaya semen besar, maka
untuk mengurangi ongkos produksi pengunaan semen diusahakan seminimal mungkin.
Gambar
1.3
Persepsi Dampak Penggunaan Material Dalam Membentuk Kinerja Beton Bergantung
Dari Type Konstruksi
(Sumber:
STP 169C, Concrete and Concrete - Making Materials, p.33)
SIFAT DAN KARAKTERISTIK YANG DIBUTUHKAN PADA PERANCANGAN BETON
a.
Kuat Tekan Beton
Kekuatan
tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan adalah kemampuan
beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. walaupun dalam beton terdapat
tegangan listrik yang kecil, diasumsikan bahwa semua tegangan tekan didukung
oleh beton tesebut. Penentuan kekuatan tekan dapat dilakukan dengan menggunakan
alat uji tekan dan benda uji berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM C-39
atau kubus dengan prosedur BS-1881 Part 115; Part 116 pada umur 28 hari.
Kekuatan
tekan realtif antara benda uji silinder dan kubus ditunjukkan pada Tabel 1.1
dan Tabel 1.2 (menurut standar ISO).
Tabel 1.1 Rasio Kuat Tekan Silinder - Kubus
|
||||||||||
Kuat Tekan (Mpa)
|
7,00
|
15,20
|
20,00
|
24,10
|
26,20
|
34,50
|
36,50
|
40,70
|
44,10
|
50,30
|
Kuat Rasio Silinder/kubus
|
0,76
|
0,77
|
0,81
|
0,87
|
0,91
|
0,94
|
0,87
|
0,92
|
0,91
|
0,96
|
(Sumber:
Neville, ”Properties of Concrete” 3rd Edition, Pitman Publishing,
London, 1981, p.544)
Tabel 1.2 Perbandingan Kuat Tekan Antara Silinder dan Kubus
|
||||||||||||||
Kuat Tekan Silinder (Mpa)
|
2
|
4
|
6
|
8
|
10
|
12
|
16
|
20
|
25
|
30
|
35
|
40
|
45
|
50
|
Kuat Tekan Kubus (Mpa)
|
3
|
5
|
8
|
10
|
13
|
15
|
20
|
25
|
30
|
35
|
40
|
45
|
50
|
55
|
(Sumber:
ISO Standard 3893 - 1977)
Menurut
BS. 1881, rasio kubus terhadap silinder (cube/cylinder) untuk semua
kelas adalah 1.25, sedangkan menurut K.W. Day, ”Concrete Mix Design Quality
Control and Specification”, E & FN SPON, London, 1995, kekuatan tekan
kubus jika dibandingkan dengan silinder dinyatakan dalam persamaan 1.1 dan 1.2
dengan nilai kuat tekan kubus dan silinder dinyatakan dalam Mpa atau N/mm2.
Departemen Pekerjaan Umum dlam Pedoman Beton 1989 (draft), LPMB, 1991 pasal
4.1.2.1 memberikan hubungan antara kuatan tekan kubus dengan silinder dalam
persamaan 1.3.
(1.1)
(1.2)
(1.3)
b.
Kemudahan Pengerjaan
Telah
dijelaskan diatas bahwa kemudahan pengerjaan beton merupakan salah satu kinerja
utama yang dibutuhkan. Walaupun suatu struktur beton dirancang agar mempunyai
kuat tekan yang tinggi, tetapi jika rancangan tersebut tidak dapat diimplementasikan
dilapangan karena sulit untuk dikerjakan maka rancangan tersebut menjadi
percuma. Kemajuan teknologi membawa dampak yang nyata untuk mengatasi hal ini,
yaitu dengan penggunaan bahan tambah untuk memperbaiki kinerja. Hal tersebut
akan dibahas lebih jelas dibagian berikutnya.
c.
Rangkak dan Susut
Setelah
beton mulai mengeras, beton akan mengalami pembebanan. Pada beton yang menahan
beban akan terbentuk suatu hubungan tegangan dan regangan yang merupakan fungsi
dari waktu pembebanan. Beton menunjukkan sifat elastisitas murni pada waktu
pembebanan singkat, sedangkan pada pembebanan yang tidak singkat beton akan
mengalami regangan dan tegangan sesuai dengan lama pembebanannya.
Rangkak
(creep) atau lateral material flow didefinisikan sebagai
penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja. (Nawy,
1985:49). Deformasi awal akibat pembebanandisbut sebagai reagangan ealstis,
sedangkan regangan tambahan akibat beban yang sama disebut regangan rangkak.
Anggapan praktis ini cukup dapat diterima karena deformasi awal pada beton
hampir tidak dipengaruhi oleh waktu. Rangkak timbul dengan intensitas yang
semakin berkurangsetelah selang waktu tertentu dan kemungkinan berakhir setelah
beberapa tahun. Nilai rangkak untuk beton mutu tunggi lebih kecil dibandingkan
dengan beton mutu rendah. Umumnya, rangkak tidak mengakibatkan dmpak langsung
terhadap kekuatan struktur tetapi akan mengakibatkan timbulnya redistribusi
tegangan pada beban yang bekerja dan kemudian mengakibatkan trjadinya
peningkatan lendutan (deflection).
Hubungan
antara waktu dengan regangan pada beton ditunjukan pada Gambar 1.4 (Nawy,
1985:49). Rangkak tidak dapat langsung dilihat. Rangkak hanya dapat diketahui
apabila regangan elastis dan susut serta deformasi totalnya diketahui. Meskipun
susut dan rangkak adalah fenomena yang saling trkait, dalam hal ini superposisi
regangan dianggap berlaku sehingga regangan total adalah regangan elastis
ditambah rangkak dan susut.
Gambar
1.4
Kurva Waktu Tegangan
Susut
didefinisikan sebagai perubahan volume yang tidak berhubungan dengan beban.
Jika dihalangi secara merata, proses susut dalam beton akan menimbulkan
deformasi yang mumnya bersifat menambah deformasi rangkak.
Berbagai
eksperimen menunjukkan bahwa deformasi rangkak akan sebanding dengan tegangan
yang bekerja. Hal ini berlaku pada keadaan tegangan yang rendah. Batas atas
tidak dapat ditentukan dengan pasti, tetapi berkisar antar 0,2 dan 0,5 dari
kekuatan batas kekuatan tekannya (f’c). Variasi batas ini diakibatkan
olehbesarnya retak mikron diatas sekitar 40% dari beban batas (Nawy, 1985:50).
Proses
rangkak selalu dihubungkan dengan susut karena keduanya terjadi bersamaan dan
ering kali memberikan pengaruh yang sama terhadap deformasi. Pada umumnya,
beton yang semakin tahan terhadap susut akan mempunyai kedenderungan rangkak
yang rendah, sebab kedua fenomena ini berhubungan denga proses hidrasi pada
semen. Rangkak dipengaruhi oleh komposisi beton, kondisilingkungan, ukuran
benda uji atau elemen struktur. Pada prinsipnya rangkak meruopakan fenomena
yang bergantung pada beban sebagai fungsi waktu.
Komposisi
beton pada dasarnya dapat didefinisikan dengan faktor Air Semen (FAS), jeis
semen, jenis agregat serta kandunganb semen dan agregat. Seperti halnya susut,
rangkak akan semakin besar dengan meningkatnya Faktor Air Semen dan akndungan
semen. Demikina pula, semakin banyak agregat yang digunakan semakin sedikit
susut yang terjadi. Faktor - faktor yang mempengaruhi besarnya rangkak dan
susut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Ø
Sifat bahan dasar beton (komposisi dan kehalusan smen, kualitas adaukan, dan
kandungan mineral dlam agreagat),
Ø
Rasio air terhadap jumlah semen (water content ratio),
Ø
Suhu pada saat pengerasan (temperature),
Ø
Kelembaban nisbi pada saat beban bekerja,
Ø
Nilai slump (slump test),
Ø
Lama pembebanan,
Ø
Nilai tegangan,
Ø
Nilai rasio permukaan komponen struktur
Agar
rangkak dan susut dapat diminimalkan, perlu dilakukan penghitungan dan
pengembalian pekerjaan beton.
AKTIVITAS PENGERJAAN BETON
Pengertian
beton tidak hanya terdiri dari satu titik kegiatan, tetapi terdiri dari beberpa
kegiatan yang saling berhubungan. Setiap aktivitas kegiatan tersebut harus
dikontrol agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.
Gambar
1.5
Bagan Alir Perencanaan Pembangunan
Proses
pembanguan sebuah struktur dapat diterangkan dengan bagan di Gambar 1.5 (Gideon
1994:2). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa salah satu proses yang
penting adalah perencanaan.
Tentunya
ditntut kerjasama yang baik antara pengelola proyek. Pemilik dan kosnultan
serta antara konsultan perencana, penasehat dan pelaksana. Disamping harus
dapat menerjemahkan keinginan pemilik, pelaksana dan pengelola proyek harus
memahami ketentuan - ketetuan dari istansi pemerintah karena
perencanaanbetonharos memnuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
Berdsarkan
bagan dia tas, aktivitas utama pengerjaan beton terletak adlah perncanaan yang
dillakukan oleh konsultan perencana dan pengendalianmutu pada saat pelaksnaan
yang di lakukan oleh kontrakor di bawah pengawasan konsultan perencana dan
konsultan supervisi. Pngerjaan beton dimulai jika telah ada penunjukkan atau
perintah kerja dari pemilik.
Kegiatan
perencanaan beton dimulai dari quarryatau temapat peambangan sumber
alam. Perencana harus mengambil contoh - contoh material yang akan digunakan,
sesuai dengan ketentuan standar baku yang telah ditetapkan. Pengambilan contoh
ini dilakukan secara acak (random) agar sifat - sifat bahan yang akan diuji
terwakili. Contoh uji inikemudian dibawa ke laboratorium untuk di cek dan
diuji. Jiika parameter besaran yang dimiliki masing - masing bahan tersebut
telah sesuai dengan syarat yang diberikan (code standar), bahan tersebut
dapat digunakan jika bahan yang diuji tidak memenuhi syrat, pelaskana harus
mencari sumber bahan yang lainnya atau mencampur bahna yang mutunya krang denga
bahan lainnya sehingga komposisi beban yang dihasilkan sesuai dengan syarat
yang ditentukan. Setelah nilai masing - masing bahan tersebut diperoleh,
perancangan beton (mix design) harus dilakukan perancangan beton sesuai
dengan spesifikasi yang dietapkan dapat dilakukan dengan metode - metode yang
dikenal. Di Indonesia, pekerjaan pekerjaan milik pemerintah harus menggunakan
standar yang telah ditetapkanoleh pemerintah/ standar buku ini dulu dikenal
sebagai Standar Industri Indonesia namun saat ini telag direvisi dan
dikembangkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar perencanaan
beton yang dipakai adalah SNI T-15-199003
Setelah
prencnagan betonselsai, perlu dialukan pengujian lanjutan melalui pengujian
campuran beton di laboratorium. Pengujian campuran beton ini meliputi pengujian
beton segar dan pengujian beton keras. Pengujian beton agar dimaksudkan untuk
mengetahui workability atau kemampuam kemudahan dalam pengerjaannya.
Indikator dari kemudahan dalam pengerjaan ini dapat dilihat dari nilai slum
beton. Tujuan pengujian beton agar lainnya adalah untuk apakah terjadi bleeding
dan sgregation atau tidak.
Pengujian
beton keras terutama dimaksudkan untuk mengetahuo kekuatan tekan karakteristik
dari beton terebut (f’c). Pengujian ini dilkukan dengan membuat benda uji
berbwntuk silinderyang pada umur tertentu di uji. Jika benda uji tersebut tidak
lulus pada pengujian ini, harus dilakukan perancangan ulang campuran smpai
didapatkan komposisi yang disyaratkan dlam spesifikasi teknik yang dibuat oleh
pemilik.
Setelah
pembuatancampuran di laboratorium selesai dilakukan, proses selanjutnya adalah
membawa hasil komposisimix design tersebut sebagai Job Mix Formul
(JMF) ketempat pengolahan beton. Tempat pengolhan dpat berupa pengelolaan
yag menggunakan mesin mixing biasa (molen) maupun pengolhan beton yang
yangbesar (concrete plant) selama masa pengolahan beton ini berjalan,
proses pengawasan
Jika
terjadi perubahan terhadap parameter bahan penyusun beton, pengujian
laboratorium harus dilakukan lg sebagai quality control bahan komposisi
beton. Dari concrete plant, beton dibawa ke tempat pekerjaan beton.
Yakni tempat pengecorannya. Selama massa pengangkutan, beton segar tersebutr
harus tetap dijaga agar tidak mengalami kehilangan Faktor Air Smen yang
dpatmenyebabkan menurnnya kekuatan tekan beton. Hal ini dilakukan agar beton
yang dihailkan sesuai dengan yang diinginkan.
Selama
masa pelaksanaanpun proses kontrol tidak boleh dihentikan pada masa itu,
pelasksnaan pengecoran, pemadatan, perawatan dan penyelesaian hars diawasi.
Setelah beton mengeras dan berumr 28 hari, uji tekan untuk mengetahui
kekuatannya harus dilakukantindakan lain sesuai dengan syrat evaluasi beton
keras. Pengujian dapat dilakukan dengan core drill dan load test atau
dengan merancang ulang mekanikanya dengan menggunakan mutu beton aktual (f’ea).
Bagian alir aktivitas pengerjaan beton dapat dilihat pada Gambar 1.6
Gambar
1.6 Bagan Alir Aktivitas Pengerjaan Beton
Komentar
Posting Komentar