PERSIAPAN
Sebelum
penuangan beton dilaksanakan, hal-hal berikut ini harus terlebih dahulu harus
diperhatikan (PB,:1989:27).
a)
Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus bersih.
b)
Ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran-kotoran yang
mengganggu.
c)
Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam acuan boleh dilapisi dengan
bahan
khusus, antara lain lapisan minyak mineral, lapisan bahan kimia (form release agent) atau lembaran polyurenthene.
khusus, antara lain lapisan minyak mineral, lapisan bahan kimia (form release agent) atau lembaran polyurenthene.
d)
Pasangan dinding bata yang berhubungan langsung dengan beton harus dibasahi air
sampai jenuh.
e)
Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang
dapat merusak beton atau mengurangi lekatan antara beton dengan tulangan.
f)
Air yang terdapat pada ruang yang akan diisi beton harus dibuang, kecuali
apabila penuangan dilakukan dengan tremi atau telah seijin pengawas ahli,
g)
Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel pada permukaan
beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum beton yang baru dituangkan pada
permukaan beton yang telah mengeras tersebut.
Pada
kasus-kasus tertentu, persiapan lebih detail harus juga dilakukan. Untuk
pengerjaan beton pre-stressing misalnya, persiapan akan bahan-bahan kimia
seperti bonding agent untuk perekat antara lapisan beton yang baru
dengan beton yang lama, ataupun cement grouting untuk memperbaiki
bagian-bagian yang keropos akibat kurangnya pemadatan atau karena terjadinya
segregasi harus dilakukan.
PENAKARAN
Penakaran
bahan-bahan penyusun beton yang dihasilkan dari hasil rancangan harus mengikuti
ketentuan yang tertuang dalam Pasal 9 (3.3.2.) SK.SNI.T-28-1991-03 tentang Tata
Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton dan ASTM C.685 Standard Made By
Volumetric Batching and Continuous Mixing serta ASTM.94 sebagai berikut:
a)
Beton yang mempunyai kekuatan tekan (f’c) lebih besar atau sama dengan 20 MPa
proporsi penakarannya harus didasarkan atas penakaran berat.
b)
Beton yang mempunyai tekan (f’c) lebih kecil dari 20 MPa proporsi penakarannya
boleh menggunakan teknik penakaran volume. Tekniknya harus didasarkan atas
penakaran berat yang dikonversikan kedalam penakaran volume untuk setiap
campuran bahan penyusunannya.
PENGADUKAN
Setelah
didapatkan komposisi yang direncanakan untuk kuat tekan tertentu, maka proses
selanjutnya adalah pencampuran di lapangan. Komposisinya disesuaikan dengan
kapasitas alat aduk. Secara umum pengadukan dilakukan sampai didapatkan suatu
sifat yang plastis dalam campuran beton segar. Indikasinya adalah warna adukan
merata, kelecakan yang cukup, dan tampak homogen.
Selama
proses pengadukan, harus dilakukan pendataan rinci mengenai : (1). Jumlah batch-aduk
yang dihasilkan, (2). Proporsi material, (3). Perkiraan lokasi dari penuangan
akhir pada struktur, dan (4). Waktu dan tanggal pengadukan serta penuangan.
Metode
pengadukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu manual dan dengan mesinal.
Pengadukan manual dilakukan dengan tangan, sedangkan pengadukan dengan mesin
memanfaatkan bantuan alat aduk seperti molen atau batching plant.
Pengadukan dengan tangan biasanya dilakukan jika kebutuhan akan beton lebih
kecil dari 10 m³ dalam satu periode yang pendek. Menurut SNI, jika kebutuhan
adukan lebih kecil dari 10, dapat digunakan campuran dengan perbandingan 1 : 2
: 3, tetapi untuk kebutuhan beton lebih besar dari 10 m³, desain campurannya
harus direncanakan.
a)
Pengadukan Manual
Berikut
ini adalah tata cara pengadukan manual.
Ø
Pasir dengan semen dicampur (dalam keadaan kering) dengan komposisi tertentu,
diatas tempat yang datar dan kedap air.
Ø
Pencampuran dilakukan sampai didapatkan warna yang homogen.
Ø
Tambahkan kerikil, kemudian lakukan pencampuran lagi.
Ø
Alat Bantu yang digunakan dapat berupa sekop, cangkul, ataupun alat gali
lainnya.
Ø
Buat lubang di tengah adukan, tambahkan kira-kira 75% dari kebutuhan air.
Ø
Aduk hingga rata dan tambahkan sedikit-demi sedikit air yang tersisa.
b)
Pengadukan Dengan Mesin
Jika
ditinjau dari sisi ekonomi, penggunaan mesin aduk untuk pengerjaan beton yang
besar justru akan menurunkan biaya (cost). Campuran beton yang dihasilkan
pun biasanya akan bersifat lebih homogen dan plastis. Pengadukan dengan mesin
ini dilakukan sesuai dengan manual alat aduknya. Untuk beton siap pakai
(PB,1989:27) pengadukan dan pengangkutan harus mengikuti persyaratan dari “Specification
for Ready Mixed Concrete” ASTM C.94 atau “Specification for Concrete
Made by Volumetric Batching and Continuous Mixing” ASTM C.685.
Secara
umum, pengadukan dengan mesin harus dilakukan menggunakan mesin-mesin yang
telah disetujui penggunaannya (PB,1989:27). Mesin pengaduk harus diputar sesuai
dengan kecepatan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Setelah
pencampuran seluruh bahan dalam batching, harus dilakukan pengadukan
kembali minimal selama 1.5 menit, kecuali bila dapat dibuktikan bahwa
pengadukan yang lebih pendek mampu memberikan hasil yang memuaskan dan memenuhi
pengujian keseragaman pengadukan yang ditetapkan dalam ASTM C.94. ketentuan
mengenai waktu pengadukan minimal dapat dilihat pada Tabel 1.1
Tabel
1.1
Waktu Pengadukan Minimal
Kapasitas dari Mixer (m³)
|
ASTM C.94 dan ACI 318
|
0.8-3.1
|
1 menit
|
3.8-4.6
|
2 menit
|
7,6
|
3 menit
|
Menurut
SK.SNI.T-28-1991-03 Ps. (3.3.3), waktu pengadukan minimal untuk campuran beton
yang volumenya lebih kecil atau sama dengan 1 m³ adalah 1,5 menit,dan ditambah
selama 0,5 menit untuk penambahan 1 m³ beton serta pengadukan ditambahkan
selama 1,5 menit setelah semua bahan tercampur.
Waktu
pengadukan ini akan berpengaruh pada mutu beton. Jika terlalu sebentar
percampuran bahan kurang merata, sehingga pengikatan antara bahan-bahan beton
akan berkurang. Sebaliknya, pengadukan yang terlalu lama akan mengakibatkan :
(1). Naiknya suhu beton, (2). Keausan pada agregat sehingga agregat pecah, (3).
Terjadinya kehilangan air sehingga penambahan air diperlukan, (4). Bertambahnya
nilai slump dan, (5). Menurunnya kekuatan beton.
Selama
proses pengadukan, kekentalan campuran beton harus diawasi terus dengan cara
memeriksa nilai slump yang disesuaikan dengan jarak pengangkutan.
Pengontrolan dan pencatatan data selama pengadukan harus dilakukan, meliputi :
(1). Waktu dan tanggal pengadukan dan pengecoran, (2). Proporsi bahan yang
digunakan, (3). Jumlah batch adukan yang dihasilkan, dan (4). Lokasi
akhir pengecoran. Mesin atau alat pengaduk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
alat aduk yang mobile (dapat dipindah-pindahkan) dan mempunyai kapasitas
yang kecil (dinamakan mixer atau molen), serta alat aduk stasioner yang
biasanya mempunyai kapasitas besar (dinamakan batching plant).
Jika
dilihat dari arah perputaran batch-nya, alat aduk dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu, alat aduk yang berputar vertikal (vertical mixing or
reversing drum mixer), alat aduk yang berputar mendatar (horizontal
mixing or pan drum mixer). Mesin pengaduk vertikal dan yang berputar miring
biasanya dipakai untuk pengerjaan di lapangan dan yang berputar horizontal
biasanya digunakan di laboratorium.
Gambar 1.1
Mesinaduk yang berputar Vertikal
Gambar 1.2
Mesin aduk yang berputar Horizontal
Gambar 1.3
Mesin aduk yang berputar Miring
SYARAT PENGADUKAN SK.SNI.T-28-1991-03
Semua
jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan beton harus dilengkapi dengan:
a)
Sertifikasi mutu dari produsen
b)
Jika tidak terdapat ertifikasi mutu, tersdia data uji dari laboratorium yang
diakui
c)
Jika tidak dilengkapi dengan sertifikasi mutu atau data hasil uji, harus
berdasarkan bukti dari hasil pengujian khusus atau pemakaian nyata yang dapat
menghasilkan beton yang kekuatan, ketahanan, dan keawetannya memenuhi syarat.
Selain
hal-hal diatas, bahan-bahan yang digunakan harus memenuhi ketentuan dari
Standar Nasional Indonesia SK.SNI.S-04-1989-F tentang Spesifikasi Bahan
Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam). Jika menggunakan bahan tambah,
harus sesuai syarat SK.SNI.S-18-1990-03 atau SK.SNI.S-19-1990-03.
Peralatan
yang diguanakan untuk mengaduk harus pula memenuhi syarat standar. Standar
pelaksanaan harus mengikuti ketentuan , syarat administrasi yang dinyatakan
dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) dan harus tersedia rencana campuran
beton serta rencana pelaksanaan pengecoran. Ketentuan lain mengenai peralatan
adalah alat harus dalam keadaan bersih dan baik, putarannya sesuai dengan
rekomendasi, peralatan angkut dan pengecoran dalam kondisi baik dan lancar.
1-5
PENGANGKUTAN BETON
Setelah
pengadukan selesai, campuran beton dibawa ke tempat penuangannya atau ke tempat
dimana konstruksi akan dibuat. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga
ke tempat penyimpanan akhir (sebelum dituang) harus dilakukan sedemikian rupa
untuk mencegah terjadinya pemisahan dari bahan yang telah dicampur dan tanpa
hambatan yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas beton antara
pengangkutan yang berurutan (PB,1989:28).
Alat
angkut pun dibedakan menjadi dua, yakni alat angkut manual dan mesin. Alat
angkut manual menggunakan tenaga manusia, dengan alat bantu sederhana (dapat
berupa ember, dolak, gerobak dorong, talang) dan biasanya mempunyai kapasitas
kecil. Alat angkut mesin biasanya dibutuhkan untuk pengerjaan yang kapasitasnya
besar dan jarak antara tempat pengolahan beton dan tempat pengerjaan struktur
jauh. Contoh alat angkut ini adalah truck mixer, belt conveyor, pompa
dan tower crane.
1-6
PENUANGAN ADUKAN
Untuk
menghindari terjadinya segregasi dan bleeding, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penuangan beton.
a)
Hal Yang Perlu Dperhatikan
Hal-hal
yang perlu diperhatikan antara lain (PB,1989:28) :
Ø
Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkin dengan cetakan
akhir untuk mencegah segregasi karena penanganan kembali atau pengaliran
adukan.
Ø
Pembetonan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang diatur sedemikian
rupa sehingga campuran beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat mengalir
dengan mudah ke dalam rongga di antara tulangan.
Ø
Campuran beton yang mengeras atau yang telah terkotori oleh material asing
tidak boleh dituang ke dalam struktur.
Ø
Campuran beton yang setengah mengeras atau telah mengalami penambahan air tidak
boleh dituangkan, kecuali telah disetujui oleh pengawas ahli.
Ø
Setelah penuangan campuran beton dimulai, pelaksanaan harus dilakukan tanpa
henti hingga diselesaikan penuangan suatu panel atau penampang, yang dibentuk
oleh batas-batas elemennya atau batas penghentian penuangan yang ditentukan,
kecuali diijinkan atau dilarang dalam pelaksanaan siar pelaksanaan (construction
joint).
Ø
Permukaan atas dari acuan yang diangkat secara vertikal pada umumnya harus
terisi rata dengan campuran beton.
Ø
Bila diperlukan, siar pelaksanaan harus dibuat sesuai dengan ketentuan : (a).
Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus bersih, (b). Sebelum pengecoran
harus dibasahi, (c). Tidak mengurangi kekuatan konstruksi, (d). Siar
pelaksanaan yang terletak pada lantai ditempatkan sepertiga dari bentang bagian
tengah plat, balok anak, balok induk. Siar pelaksanaan pada balok induk harus ditempatkan
menjauhi daerah persilangan antara balok induk tersebut dengan balok lainnya
sejarak tidak kurang dari dua kali lebar balok yang menyilang, (e). Balok anak,
balok induk atau pelat yang didukung oleh kolom tidak boleh dituang sebelum
hilang sifat keplastisannya, (f). Balok anak, balok induk, penebalan miring
balok dan kepala kolom harus dituang secara monolit dengan pelat sebagai suatu
bagian dari sistem pelat tersebut, kecuali ditentukan lain dalam perencanaanya.
Ø
Beton yang dituangkan harus dipadatkan dengan alat yang tepat secara sempurna
dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi semua rongga beton.
Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah : (1). Tinggi jatuh tidak boleh lebih dari
1.50 meter. Jika terjadi jarak yang lebih besar maka perlu ditambahkan alat
bantu seperti tremi atau pipa. (2). Tidak dilakukan penuangan selama terjadi
hujan agar kadar air tetap terjaga, kecuali jika pengecoran dilakukan dibawah
atap. (3). Setiap kali penuangan, tebal lapisan maksimum 30-45 cm, agar pemadatannya
dapat dilaksanakan dengan mudah. (4). Penuangan hanya berhenti dititik momen
sama dengan nol.
b)
Penuangan Yang Tertunda
Batas
penundaan yang masih dapat ditoleransi adalah sesuai dengan lamanya waktu
pengikatan beton. Lamanya waktu pengikatan awal beton selama 2 jam dan
pengikatan akhir selama 4 jam. Dengan penundaan selama 2-2.5 jam kuat tekan
beton masih dapat tercapai (lihat Gambar 9.4). Penundaan akan mengakibatkan
kehilangan Faktor Air Semen akibat penguapan beton segar serta akibat terserap
oleh agregat. Pada Gambar 1.4 terlihat bahwa penundaan lebih dari 4 jam akan
menyebabkan penurunan kekuatan.
Gambar 1.4
Kekuatan Beton dengan Pengecoran yang mengalami penundaan.
c)
Penuangan Beton Dalam Air
Untuk
penuangan beton atau pengecoran dalam air, dapat ditambahkan sekitar 10% semen
untuk menghindari kehilangan pada saat penuangan. Penuangan ini dapat dilakukan
dengan alat-alat Bantu, yaitu: (1). Karung (protective sandbag walling),
(2). Bak khusus, (3). Tremi, (4). Katup hydro ( hydro valve) dan (5).
Beton pra-susun, (prepacked concrete).
Berikut
ini adalah penjelasan untuk masing-masing alat tersebut.
Ø
Penuangan menggunakan karung dilakukan dengan mengisi karung-karung dengan
beton segar, kemudian memasukkannya ke dalam air. Untuk mendapatkan konstruksi
yang padat dan massif, karung-karung tersebut dipantek satu dengan yang
lainnya. Penuangan dengan cara ini memerlukan bantuan penyelam sehingga
biasanya mahal.
Ø
Pada penuangan beton dengan bak khusus, campuran beton diisikan dalam sebuah
bak. Campuran tersebut akan keluar melalui pintu yang otomatis terbuka sendiri.
Setelah pintu terbuka, bak diangkat secara perlahan-lahan sehingga beton
mengalir.
Ø
Penuangan denga pipa tremi banyak digunakan karena efisien dan efektif.
Penuangan dilakukan dengan cara mengisikan campuran beton ke dalam pipa tremi,
kemudian mengangkat pipa tremi secara perlahan sampai beton mengalir keluar.
Ujung pipa bagian bawah harus selalu terbenam dalam beton yang dituangkan.
Ø
Katup hydro terdiri dari pipa nylon diameter 600 mm yang fleksibel untuk
menuangkan beton. Ujung bawahnya dilengkapi pelindung kaku berbentuk silinder.
Cara pengerjaannya sama dengan tremi.
Ø
Penuangan dengan beton pra-susun dilakukan dengan menyusun terlebih dahulu
agregat kasar yang lebih besar dari 28 mm, kemudian melakukan grouting (grout
colodial). Grout dibuat dengan mencampur semen, pasir dan air atau dapat
juga ditambah bahan tambah plastisizer pada alat pengaduk khusus.
d)
Penuangan Beton Dengan Pemompaan
Penuangan
beton atau pengecoran dengan pemompaan melalui pipa-pipa sangat menguntungkan
apabila cara lainnya tidak bisa dilakukan. Cara ini sangat menguntungkan jika
hal-hal berikut ini dipenuhi.
Ø
Gunakan suatu campuran dengan sifat pengerjaan sedang, dengan ukuran agregat
tidak lebih dari 40 mm.
Ø
Pengawasan yang ketat selama pelaksanaan.
Ø
Gunakan bahan tambah yang memperbesar sifat plastis dari beton segar.
Keuntungan
cara ini adalah : (1). Pengurangan tenaga kerja, (2). Hasilnya baik jika
persiapannya baik dan, (3). Produksi kerja akan tinggi jika pompa yang
digunakan berkapasitas besar dan baik. Jenis-jenis pompa beton antara lain
pompa torak, pompa pneumatik dan pompa peras-tekan. Alat pompa ini dilengkapi
dengan pipa-pipa penghantar beton.
1-7
PEMADATAN BETON
Pemadatan
dilakukan segera setelah beton dituang. Kebutuhan akan alat pemadat disesuaikan
dengan kapasitas pengecoran dan tingkat kesulitan pengerjaan. Pemadatan
dilakukan sebelum terjadinya initial setting time pada beton. Dalam
praktik di lapangan, pengindikasian initial setting dilakukan dengan
cara menusuk beton tersebut dengan tongkat tanpa kekuatan. Jika masih dapat
ditusuk sedalam 10 cm, berarti setting time belum tercapai.
Pemadatan
dimaksudkan untuk menghilangkan rongga-rongga udara yang terdapat dalam beton
segar. Dari Gambar 1.5 terlihat bahwa bertambahnya kandungan udara dalam beton
akan menyababkan kekuatan tekan beton berkurang.
Gambar 1.5
Pengaruh rongga-rongga udara pada kekuatan tekan beton
Pada
pengerjaan beton dengan kapasitas kecil, alat pemadat dapat berupa kayu atau
besi tulangan. Untuk pengecoran dengan kapasitas lebih besar dari 10 m³, alat
pemadat mesin harus digunakan. Alat pemadat ini lebih dikenal dengan nama vibrator
atau alat getar. Pemadatan dilakukan dengan penggetaran. Campuran beton akan
mengalir dan memadat karena rongga-rongga akan terisi dengan butir-butir yang
lebih halus. Alat getar ini dibagi menjadi dua, yaitu :
a)
Alat getar intern (internal vibrator), yaitu alat getar yang berupa
tongkat dan digerakan dengan mesin. Untuk menggunakannya, tongkat dimasukkan ke
dalam beton pada waktu tertentu, tanpa harus menyebabkan bleeding.
b)
Alat getar cetakan (external vibrator or form vibrator), yaitu alat
getar yang mengetarkan form work sehingga betonnya bergetar dan memadat.
Beberapa
pedoman umum dalam proses pemadatan adalah :
a)
Pada jarak yang berdekatan /pendek, pemadatan dengan alat getar dilaksanakan
dalam waktu yang pendek.
b)
Pemadatan dilaksanakan secara vertikal dan jatuh dengan beratnya sendiri.
c)
Tidak menyebabkan terjadinya bleeding.
d)
Pemadatan merata.
e)
Tidak terjadi kontak antara alat getar dengan bekisting.
f)
Alat getar tidak berfungsi untuk mengalirkan, mengangkut atau memindahkan
beton.
1-8
PEKERJAAN AKHIR (Finishing)
Pekerjaan
finishing dimaksudkan untuk memadatkan sebuah permukaan beton yang rata dan
mulus. Pekerjaan ini biasanya dilakukan pada saat beton belum mencapai final
setting, karena pada masa ini beton masih dapat dibentuk. Alat yang
digunakan biasanya ruskam, jidar dan alat-alat perata lainnya.
1-9
PERAWATAN BETON (Curing)
Perawatan
ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton telah
mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi selanjutnya tidak
mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena
kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh)
hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus
dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang
dipercepat (PB,1989:29).
Perawatan
ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi
tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan
terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur.
a)
Perawatan Yang Dipercepat
Perawatan
dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan atmosferik, pemanasan dan
pelembaban atau proses lain yang dapat diterima, boleh digunakan untuk mencapai
kekuatan tekan dan mengurangi waktu perawatan. Perawatan ini harus mampu
menghasilkan kekuatan tekan sesuai dengan rencana, dan prosesnya harus mampu
menghasilkan beton yang tegar.
Untuk
cuaca yang panas perlu diperhatikan bahan-bahan penyusunnya, cara produksi,
penanganan dan pengangkutan, penuangan, perlindungan dan perawatan untuk
mencegah suhu beton atau penguapan air yang berlebihan sehingga dapat
mengurangi kekuatan tekannya dan mempengaruhi kekuatan struktur.
b)
Macam Perawatan
Perawatan
beton ini dapat dilakukan dengan pembahasan atau penguapan (steam) serta
dengan menggunakan membran. Pemilihan cara mana yang digunakan semata-mata
mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan.
Ø
Perawatan Dengan Pembasahan
Pembahasan
dilakukan di laboratorium ataupun di lapangan. Pekerjaan perawatan dengan
pembahasan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1.
Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab.
2.
Menaruh beton segar dalam genangan air.
3.
Menaruh beton segar dalam air.
4.
Menyelimuti permukaan beton dengan air.
5.
Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
6.
Menyirami permukaan beton secara kontinyu.
7.
Melapisi permukaan beton dengan air dengan melakukan compound.
Cara
a, b, dan c digunakan untuk contoh uji. Cara d,e, f digunakan untuk beton di
lapangan yang permukaanya mendatar, sedangkan cara f dan g digunakan untuk yang
permukaanya vertikal. Fungsi utama dari perawatan beton adalah untuk
menghindarkan beton dari :
1.
Kehilangan air-semen yang banyak pada saat-saat setting time concrete.
2.
Kehilangan air akibat penguapan pada hari-hari pertama.
3.
Perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar.
Untuk
menanggulangi kehilangan air dalam beton ini dapat dilakukan langkah-langkah
perbaikan dengan perawatan. Pelaksanaan Curing Compound, sesuai dengan
ASTM C.309, dapat diklasifikasikan menjadi :
1.
Tipe I, Curing Compound tanpa Dye, biasanya terdiri dari paraffin
sebagai selaput lilin yang dicampur dengan air.
2.
Tipe I-D, Curing Compound dengan Fugitive Dye (warna akan hilang
selama beberapa minggu).
3.
Tipe II, Curing Compound dengan zat berwarna putih.
Di
pasaran, kita dapat menjumpai beberapa merek sikament, misalnya Antisol Red
(termasuk tipe I-D), Antisol White (termasuk tipe II) dan Antisol
E (termasuk Tipe I, Non Pigmented Curing Compound). Curing compound
ini selain berguna untuk perawatan pada daerah vertikal juga berguna untuk
daerah yang mempunyai temperature yang tinggi, karena bersifat memantulkan
cahaya (terutama Tipe I).
Ø
Perawatan Dengan Penguapan
Perawatan
dengan uap dapat dibagi menjadi dua, yaitu perawatan dengan tekanan rendah dan
perawatan dengan tekanan tinggi. Perawatan tekanan rendah berlangsung selama
10-12 jam pada suhu 40°-55°C, sedangkan penguapan dengan suhu tinggi
dilaksanakan selama 10-16 jam pada suhu 65°-95°C, dengan suhu akhir 40°-55°C.
Sebelum perawatan dengan penguapan dilakukan, beton harus dipertahankan pada
suhu 10°-30°C selama beberapa jam.
Perawatan
dengan penguapan berguna pada daerah yang mempunyai musim singin. Perawatan ini
harus diikuti dengan perawatan dengan pembahasan setelah lebih dari 24 jam,
minimal selama umur 7 hari, agar kekuatan tekan dapat tercapai sesuai dengan
rencana pada umur 28 hari.
Ø
Perawatan Dengan Membran
Membran
yang digunakan untuk perawatan merupakan penghalang fisik untuk menghalangi
penguapan air. Bahan yang digunakan harus kering dalam waktu 4 jam (sesuai final
setting time), dan membentuk selembar film yang kontinyu, melekat dan tidak
bergabung, tidak beracun, tidak selip, bebas dari lubang-lubang halus dan tidak
membahayakan beton.
Lembaran
plastik atau lembaran lain yang kedapa air dapat digunakan dengan sangat
efesien. Perawatan dengan menggunakan membran sangat berguna untuk perawatan
pada lapisan perkerasan beton (rigid pavement). Cara ini harus
dilaksanakan sesegera mungkin setelah waktu pengikatan beton. Perawatan dengan
cara ini dapat juga dilakukan setelah atau sebelum perawatan dengan pembahasan.
Ø
Perawatan Lainnya
Perawatan
pada beton lainnya yang dapat dilakukan adalah perawatan dengan menggunakan
sinar infra merah, yaitu dengan melakukan penyinaran selama 2-4 jam pada suhu
90°C. hal tersebut dilakukan untuk mempercepat penguapan air pada beton mutu
tinggi. Selain itu ada pula perawatan hidrotermal (dengan memanaskan cetakan
untuk beton-beton pra-cetak selama 4 jam pada suhu 65°C) dan perawatan dengan
karbonisasi.
1-10
SIFAT - SIFAT BETON SEGAR
Dalam
pengerjaan beton segar, tiga sifat yang penting yang harus selalu diperhatikan
adalah kemudahan pengerjaan, segregation (sarang kerikil) dan bleeding
(naiknya air).
a)
Kemudahan Pengerjaan (Workability)
Kemudahan
pengerjaan dapat dilihat dari nilai slump yang identik dengan tingkat
keplastisan beton. Semakin plastis beton, semakin mudah pengerjaannya.
Unsur-unsur yang mempengaruhi antara lain ;
Ø
Jumlah air pencampur
Ø
Semakin banyak air semakin mudah untuk dikerjakan.
Ø
Kandungan semen
Ø
Jika FAS tetap, semakin banyak semen berarti semakin banyak kebutuhan air
sehingga keplastisannyapun akan lebih tinggi.
Ø
Gradasi campuran pasir-kerikil
Ø
Jika memenuhi syarat dan sesuai dengan standar, akan lebih mudah dikerjakan.
Ø
Bentuk butiran agregat kasar
Ø
Agregat berbentuk bulat-bulat lebih mudah untuk dikerjakan.
Ø
Butir maksimum.
Ø
Cara pemadatan dan alat pemadat.
Percobaan
slump dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan pengerjaan. Percobaan ini
dilakukan dengan alat berbentuk kerucut terpancung, yang diameter atasnya 10 cm
dan diameter bawahnya 20 cm dan tinggi 30 cm, dilengkapi dengan kuping untuk
mengangkat beton segar dan tongkat pemadat diameter 16 mm sepanjang minimal 60
cm. langkah percobaan adalah sebagai berikut.
Ø
Siapkan alat-alat slump, termasuk centong untuk memasukan semen.
Ø
Bagi volumeya menjadi masing-masing 1/3 volume.
Ø
Jika dihitung, tinggi lapisan 1/3 pertama ± 7 cm, tinggi lapisan kedua ± 9 dan
sisanya menjadi tinggi lapisan ketiga.
Ø
Masukkan beton dengan centong secara hati-hati setinggi 1/3 volume (jangan
sampai alat slump bergerak).
Ø
Padatkan lapisan tersebut dengan tongkat pemadat dengan menusuk-nusuk sebanyak
25 kali.
Ø
Lakukan hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga.
Ø
Biarkan selama 60 detik setelah lapisan terakhir dikerjakan.
Ø
Angkat alat slump secara hati-hati (jangan sampai miring) hingga
mengenai sisi beton segar.
Ø
Letakkan alat slump di sisi beton segar.
Ø
Ukur rata-rata tinggi slump, diukur dari tinggi permukaan alat sampai
tinggi permukaan beton yang jatuh.
Ada
tiga jenis slump yaitu slump sejati, slump geser dan slump
runtuh. Nilai slump tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.6 untuk berbagai
macam faktor.
Gambar
1.6.1
Slump geser pada berbagai nilai Faktor Air Semen.
Gambar 1.6.2
Slump sejati pada berbagai nilai Faktor Air Semen.
Gambar
1.6.3
Slump runtuh pada berbagai nilai Faktor Air Semen.
b)
Segregation (Pemisahan Kerikil)
Kecenderungan
butir-butir kasar untuk lepas dari campuran beton dinamakan segregasi. Hal ini
akan menyebabkan sarang kerikil yang pada akhirnya akan menyebabkan keropos
pada beton. Segregasi ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, campuran kurus
atau kurang semen. Kedua, terlalu banyak air. Ketiga, besar ukuran agregat
maksimum lebih dari 40 mm. Keempat, permukaan butir agregat kasar semakin kasar
permukaan butir agregat, semakin mudah terjadi segregasi.
Kecenderungan
terjadinya segregasi ini dapat dicegah jika : (1). Tinggi jatuh diperpendek,
(2). Penggunaan air sesuai dengan syarat, (3). Cukup ruangan antara batang
tulangan dengan acuan, (4). Ukuran agregat sesuai dengan syarat, dan (5).
Pemadatan baik.
c)
Bleeding
Kecenderungan
air untuk naik kepermukaan pada beton yang baru dipadatkan dinamakn bleeding.
Air yang naik ini membawa semen dan butir-butir halus pasir, yang pada saat
beton mengeras nantinya akan membentuk selaput (laitance). Bleeding
ini dipengaruhi oleh :
Ø
Susunan butir agregat
Jika
komposisinya sesuai, kemungkinan untuk terjadinya bleeding kecil.
Ø
Banyaknya air
Semakin
banyak air berarti semakin besar pula kemungkinan terjadinya bleeding.
Ø
Kecepatan hidrasi
Semakin
cepat beton mengeras, semakin kecil kemungkinan terjadinya bleeding.
Ø
Proses pemadatan
Pemadatan
yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya bleeding.
Bleeding
ini dapat dikurangi dengan cara : (1). Memberi lebih banyak semen, (2).
Menggunakan air sesedikit mungkin, (3). Menggunakan butir halus lebih banyak,
dan (4). Memasukkan sedikit udara dalam adukan untuk beton khusus.
1-11
PENGERJAAN BETON PADA CUACA PANAS
Karena
kondisi Indonesia yang panas, pengaruh cuaca (wethering) pada pengerjaan
beton ini akan sangat dominant. Sementaraa itu jika, ditinjau dari sisi
geologi, batuan di Indonesia berusia muda dan terdiri dari batuan andesitic
dan balstic sehingga jika dilakukan crushing batuan tersebut akan
berbentuk memanjang, pipih serta porous. Hal tersbut akan menyebabkan
penggunaan semen dan air yang lebih banyak, yang pada akhirnya akan memperbesar
kemungkinan terjadi segregasi dan bleeding. Hal ini dapat ditanggulangi
dengan langkah-langkah perbaikan seperti yang telah disebutkan atau dengan
menambahkan bahan tambah (admixture).
Temperatur
yang tinggi akan mempengaruhi beton segar dan beton keras. Jika tidak diambil
langkah-langkah perbaikan, kerugian yang dapat diakibatkan oleh temperature
tinggi adalah :
a)
Penggunaan air lebih banyak.
b)
Kehilangan slump dalam waktu yang pendek.
c)
Setting lebih cepat.
d)
Kesulitan pemadatan.
e)
Kemungkinan terjadinya bleeding lebih besar.
f)
Penyusutan yang besar diawal pengerasan.
g)
Kemungkinan terjadinya cracking besar.
h)
Perlu perawatan pada saat setting.
i)
Perlu pendinginan material.
j)
Durabilitas berkurang.
k)
Homogenitas berkurang.
1-12
TINDAKAN PENCEGAHAN
Tindakan
pencegahan ini dilakukan agar kekuatan dan sifat-sifat beton segar dapat
terjaga. Tindakan pencegahan ini meliputi bahan-bahan pencampuran dan
pelaksanaan pada beton segar.
a)
Bahan - Bahan Pencampur
Ø
Portland Cement
Penggunaan
kadar C3A yang terlalu tinggi agar dibatasi. Hal ini dilakukan agar proses
hidrasi berjalan tidak terlalu cepat, kecuali dikehendaki demikian. Proses yang
terlalu cepat tanpa diikuti dengan tindakan yang baik dalam pelaksanaan dan
perawatan beton segar dan yang telah mengeras akan menyebabkan retak-retak
dalam beton.
Kehalusan
butir semen juga harus diperhatikan, karena hal ini akan menyebabkan karena
akan menyebabkan lebih cepat terjadi proses hidrasi (heat generation).
Untuk itu jumlah semen minimum perlu diperhatikan. Jumlah semen minimum ini
dapat direduksi dengan penggunaan bahan tambah (admixture) ataupun abu
terbang (fly-ash).
Ø
Agregat
Temperatur
dari agregat harus diperhatikan karena suhu agregat akan menyebabkan naiknya
temperatur dalam campuran yang pada akhirnya akan menyebabkan kehilangan panas
yang lebih cepat dalam beton segar. Untuk itu agregat harus diletakkan dalam
kondisi yang terlindung. Jika agregat diletakkan dalam lapangan terbuka (stock-field)
dengan suhu udara lebih besar dari 30°C, maka pada waktu akan digunakan,
agregat sebaiknya disiram terlebih dahulu (sprinkling) untuk
mendinginkan suhu permukaannya.
Hal
lain yang dapat dilakukan adalah mengurangi kehilangan air akibat absorsi
(penyerapan) oleh agregat yang terlalu cepat. Dari hasil penyelidikan secara
empiris diketahui bahwa penurunan temperatur agregat sebesar 10°C akan
menurunkan temperatur beton sebesar 6°C.
Ø
Air
Suhu
air, terutama yang berada dalam reservoir, harus diperhatikan. Sebagai tindakan
pencegahan, warna terang (misalnya putih) dapat diberikan pada dinding
reservoir. Hasil penyelidikan secara empiris menunjukkan bahwa penurunan
temperatur agregat sebesar 10°C akan menurunkan temperatur beton sebesar 2-3°C.
Ø
Bahan Tambah
Bahan
tambah digunakan sesuai dengan kondisi dari lingkungan dan keinginan dari sifat
pengerjaan. Bahan tambah yang digunakan dalam pelaksanaan pengerjaan di
lapangan adalah sebagai berikut.
1.
Superplasticizer . Bahan ini mengurangi jumlah air yang dipakai,
untuk mendapatkan workability (flowing concrete) yang baik. Jika
jumlah air tetap dan FAS tetap maka kebutuhan akan semen menjadi minimum. Hal
tersebut akan sangat menghemat biaya karena mudah dikerjakan dengan tenaga yang
sedikit. Beton semacam ini disebut dengan self-beveling concrete. Flowing
concrete mempunyai sifat kohesif yang baik dan tidak menunjukkan segregation,
dan kemampuan untuk mempertahankan nilai slump juga baik, tergantung
dari jenis semen yang digunakan. Bahan ini akan meningkatkan kelecakan beton
lebih lama pada waktu yang tinggi. Produk yang cukup dikenal untuk
mempertahankan slump-ioss dan retardation ini adalah generasi
ke-IV superplasticizer dari SIKAMENT-PM1-3.
2.
Plasticity Retarding Agent. Bahan ini memberikan sifat
retarding bersamaan dengan plasticizer dan akan mengurangi jumlah air yang
dipakai sehingga proses hidrasi akan lebih lama dan akan mengurangi
susut-rangkak. Produk yang berada dipasaran bercirikan dengan huruf R, misalnya
Plsatocrete-R dari SIKAMENT.
3.
Retarder. Retarder dalam keadaan cair biasanya juga berfungsi sebagai
plasticizer pada beton. Pengaruh retarder disesuaikan dengan dosis
(manual-books) yang diberikan.
b)
Toleransi Yang Diijinkan
Dalam
penakaran bahan-bahan penyusun beton sebagai campuran, ASTM C.685 “Standard
Spesification for Concrete Made By Volumetric Batching and Continuous Mixing”.
Memberikan toleransi seperti yang tercantum pada Tabel 1.2
Table 1.2
Toleransi Berat untuk Pencampuran
Nilai
toleransi terhadap slump yang didasarkan dari nilai slump
maksimum yang diharapkan dalam campuran beton dan tertulis dalam spesifikasinya
tercantum dalam Tabel 1.3
Table 1.3
Batas Toleransi Nilai Slump
c)
Pelaksanaan
Ø
Acuan Dan Perancah (formwork)
Agar
beton yang dibentuk benar-benar sesuai dengan rencana maka perlu dilakukan
pemeriksaan kekuatan dari acuan dan perancah (form-work). Selain itu,
perlu diperhatikan tingkat kebersihan dari cetakan (bekisting) dan tulangan,
agar tidak ada bahan-bahan yang dapat menggangu beton. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah jarak dari tulangan dengan bidang samping cetakan. Perlu
diperhatikan apakah butir agregat yang paling besar dapat masuk kedalam cetakan
dan beton-beton decking atau tidak. Hal ini dilakukan agar tulangan
tidak langsung bersentuhan dengan tanah yang akan membentuk course concrete.
Tindakan pembersihan dapat dilakukan dengan kompresor jika strukturnya besar.
Ø
Peralatan Pengecoran
Persiapan
peralatan pengecoran menjadi penting karena akan menjamin pelaksanaan
pengecoran. Peralatan pengecoran ini meliputi alat-aduk, alat angkut, alat pemadat,
dan alat-alat untuk finishing.
Untuk
pekerjaan pengecoran yang besar, cadangan peralatan sebaiknya dipersiapkan dan
di simpan di tempat yang terlindung dari sinar matahari. Alat angkut yang
menggunakan talang sebaiknya dicat putih, begitu juga dengan mixer. Pada
pengecoran dengan form-work berjalan, sliding form atau slip-form,
bahan (cement grouting) dan alat untuk perbaikan harus disediakan di
lapangan.
Ø
Pelaksanaan Dan Penjadwalan
Untuk
pengerjaan beton yang kecil, temperatur lingkungan sebaiknya di bawah 30
derajat dan dikerjakan sore hari. Jika dilaksanakan pada siang hari, sebaiknya
diberi pelindung. Jika dilaksanakan pada pagi hari, hidrasi akan terjadi pada
saat temperatur lingkungan berada pada puncaknya yakni siang hari.
Waktu
pelaksanaan sebaiknya dijadwalkan secara baik. Untuk pengerjaan yang besar dan
kontinyu koordinasi antara batching plant (kontarktor Ready Mix) dan
kontraktor pelaksana konstruksi harus berjalan baik, agar kemungkinan putusnya
supply beton pada saat-saat yang tidak dikehendaki dapat dihindari.
Penjadwalan
ini menjadi begitu masalah jika pekerjaan berlangsung di kota besar, dimana
jumlah kontraktor ready mix banyak. Hal ini akan menjadi masalah jika
dilaksanakan di daerah dimana hanya ada satu kontraktor ready mix. Penjadwalan
yang dibuat meliputi suplai material beton dan suplai beton segar yang
disesuaikan dengan kapasitas pengecoran.
1-13
HAL - HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN
Secara
umum hal-hal penting yang harus diperhatikan adalah spesifikasi teknis yang meliputi
syarat-syarat pengerjaan beton dan komposisi yang diberikan (hasil Job Mix
Design atau JMF Concrete).
a)
Pelaksnaan Jadwal Kerja (Time Schedule)
Ø
Jadwal (schedule) pengecoran.
Ø
Data pengecoran.
Ø
Jumlah pengecoran (kapasitas perjam).
Ø
Alat angkut.
Ø
Tenaga kerja (manpower include with worker
b)
Persiapan Awal Pengerjaan
Ø
Kontrol Acuan-Perancah (Bekisting), meliputi kekuatan perancah, tangga
inspeksi, pemberian minyak, dan kerataan acuan.
Ø
Kontrol Tulangan (Rebar), meliputi kebersihan tulangan, selimut beton, panjang
penyaluran, sambungan, ikatan, dan jumlah, yang harus sesuai dengan gambar
struktur.
Ø
Kecukupan tenaga pengecoran.
Ø
Alat penerangan.
Ø
Syarat administrasi (ijin pengecoran).
Ø
Kontrol material, meliputi material finishing, penanggulangan keropos akibat
slidding untuk pengecoran dengan slip-form, ketersediaan material (air, PC,
agregat, dan atau bahan tambah).
Ø
Alat pengecoran, meliputi alat aduk, alat angkut, alat pemadatan, dan alat
finishing.
Ø
Metode Pelaksanaan, meliputi metode penuangan, metode pemadatan, metode finishing,
metode perawatan (curing) nantinya.
Ø
Lingkungan yaitu antara lain cuaca setempat, kondisi setempat,
pekerjaan-pekerjaan disekitarnya dan lainnya.
c)
Pelaksanaan
Ø
Kontrol kondisi material di stock field, meliputi kecukupan dari
material yang ada disesuaikan dengan kebutuhan beton jadi kontrol cek dengan
hasil uji laboratorium tentang material penyusun beton.
Ø
Pengambilan contoh beton segar untuk menguji konsistensi dan kelecakan (slump
test), bleeding, segregasi, ketepatan campuran, dan pembuatan benda
uji.
Ø
Tindakan perbaikan segera yang meliputi cara perbaikan dan material yang
digunakan.
Ø
Lingkungan yaitu kondisi cuaca, pekerjaan lain disekitar dan lainnya
d)
Quality Control
Ø
Pemeriksaan secara reguler material di lapangan dan atau digudang.
Ø
Pengambilan contoh uji (specimen) secara acak.
Ø
Pendataan lengkap untuk setiap contoh uji.
ty min
BalasHapussip
Hapus